Komposisi dan Timbulan Limbah Padat

Komposisi dan Timbulan Limbah Padat. Komposisi dan sifat-sifat limbah padat mengambarkan keaneka ragaman aktivitas manusia. Untuk memudahkan dalam analisis penanganannya, maka limbah ini biasanya dikelompokkan berdasarkan sumbernya, seperti:
  • domestik (rumah tangga)
  • institusional : sekolah, kantor,
  • komersil : pasar, toko,
  • industri
  • pertanian/peternakan
  • aktivitas perkotaan : penyapuan jalan,

Pengelompokan yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain. Tabel 1 menggambarkan komposisi sampah kota di beberapa tempat.

Tabel 1: Komposisi sampah di beberapa kota (% berat basah)

Komposisi sampah di beberapa kota

Besarnya timbulan sampah kota sangat dipengaruhi antara lain oleh:
  • tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup, makin banyak sampahnya
  • pola hidup serta mobilitas masyarakat
  • iklim
  • pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan

Untuk kota-kota di Indonesia timbulan sampah rata-rata adalah 2,5 � 3,0 liter per orang per hari.
Dalam hal limbah industri, informasi yang akurat tentang timbulan dan komposisi limbah padatnya biasanya sulit didapat karena:
  • dalam satu jenis industri, komposisi dan timbulan limbah padatnya bisa beraneka ragam,
  • kerahasiaan terhadap industri saingan,
  • kehawatiran tidak sesuai peraturan yang ada,
  • variasi dari aktivitas industri,
  • tingkat pendaur ulangan yang beraneka ragam,
  • tidak dicatat secara sistematis dan kontinyu.

Kantor Menteri Negara KLH (1992) dalam penyusunan neraca kependudukan dan lingkungan hidup daerah untuk kegiatan industri telah mengeluarkan besaran tersebut, yang didasarkan atas berat limbah padat per berat produk. Disamping itu, ada pula data besaran timbulan limbah padat dari industri yang didasarkan atas jumlah karyawan (ton limbah/karyawan/tahun), seperti tercantum di bawah ini:
data besaran timbulan limbah padat dari industri yang didasarkan atas jumlah karyawan

Disamping itu, bila hanya dikaitkan dengan lumpur yang dihasilkan dari pengolahan limbah cairnya, maka timbulan lumpur atau limbah padatnya dapat dihitung secara teoritis berdasarkan efisiensi penyisihan materi tersuspensi, baik karena yang terkandung di awal, ataupun karena zat-zat kimia tambahan yang dibubuhkan. Sebagai contoh dalam proses penangana n limbah lumpur dari pelapisan khrom:
  • Limbah cair Cr+6 (B3) direduksi dalam suasana asam (misalnya dibubuhi H2SO4) menjadi Cr+3 misalnya dengan pembubuhan reduktor FeSO4
  • Cr+3 yang non-B3 kemudian diendapkan dalam suasana basa, misalnya dengan pembubuhan Ca(OH)2
  • Maka setiap reduksi 1 ppm Cr+6, akan dihasilkan limbah lumpur sekitar 2 ppm Cr(OH)3 dan 0,4 ppm Fe(OH)3 dan 2 ppm CaSO4
ARTIKEL TERKAIT :

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel