Inilah Tipe dan Gaya Kepemimpinan Menurut Para Ahli Paling Lengkap

Inilah Tipe dan Gaya Kepemimpinan Menurut Para Ahli Paling Lengkap - Kepemimpinan adalah suatu subjek yang telah lama diminati oleh para ilmuwan maupun untuk orang awam. Istilah tersebut berisi konotasi mengenai citra individu-individu yang berkuasa dan dinamis yang telah berhasil memimpin armada yang menang perang, yang dapat mengendalikan kerajaan-kerajaan korporasi dari atas gedung-gedung pencakar langit yang sangat berkilauan, atau yang mengarahkan kemana tujuan bangsa-bangsa. Kebanyakan dari uraian kita mengenai sejarah berupa cerita mengenai pemimpin-pemimpin militer, politik, agama dan sosial. Kehebatan-kehebatan yang berasal dari para pemimpin yang berani merupakan inti dari banyaknya legenda serta sebuah mitos. 


Hakekat Kepemimpinan (Leadership)

Gaya kepemimpinan

Kekaguman yang meluas mengenai kepemimpinan mungkin karena merupakan sesuatu proses yang demikian misterius dan menyangkut tentang kehidupan semua orang. Mengapa beberapa orang pemimpin tertentu seperti (Gandhi, Nabi Muhammad Saw, Mao Tse-tung) bisa menimbulkan adanya semangat dan dedikasi yang demikian mendalam? Bagaimanakah dengan pemimpin-pemimpin tertentu seperti Julius Caesar, Iskandar Agung, dan Charlemagne yang telah membangun kerajaan-kerajaan yang sedemikian besarnya? Mengapa pemimpin-pemimpin tertentu seperti Indira Gandhi dan Winston Churchill mendadak jatuh dari kekuasaannya, meskipun kelihatannya memiliki kekuasaan serta memiliki catatan prestasi yang sangat baik? Mengapa orang-orang yang tertentu yang kurang dikenali seperti Claudius Caesar dan Adolf Hitler memiliki pengikut-pengikut yang begitu setia sehingga bersedia untuk mengorbankan seluruh hidupnya untuk dirinya tersebut, sedangkan pada beberapa pemimpin lainnya sedemikian begitu dibencinya sehingga para pengikut mereka melakukan untuk berkomplot agar bisa membunuh mereka?

Pertanyaan-pertanyaan tentang kepemimpinan sudah lama menjadi suatu subjek spekulasi, akan tetapi pada penelitian ilmiah tentang kepemimpinan itu belum dimulai sebelum di abad kedua puluh. Fokus dari kebanyakan dari penelitian ialah tentang determinan-determinan dari segala efektivitas kepemimpinan. Para ilmuwan perilaku atau behavioral scientist sudah mencoba untuk bisa menemukan beberapa ciri-ciri, perilaku-perilaku, kemampuan-kemampuan, sumber-sumber kekuasaan atau aspek-aspek apa sajakah dari situasi tersebut yang dapat menentukan klompok. Alasan mengapa orang-orang tersebut timbul sebagai pemimpin dan menjadi determinan dari cara seseorang dalam bertindak merupakan sesuatu pertanyaan yang sangat penting lainnya yang sudah diteliti, nammun perhatian yang sangat dominan mengenai efektivitas kepemimpinan.

Adapun beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yaitu:

Pengertian kepemimpinan menurut Tannenbaum, Weschler dan Masarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah Pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu”.

Pengertian kepemimpinan menurut S.P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya agar berfikir dan bertingkah laku sedemikian rupa sehingga melalui tingkah laku positif ini dapat memberikan sumbangan yang nyata didalam pencapaian tujuan organisasi.

Pengertian kepemimpinan menurut Prof. Kimbal Young menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang disengaja atau disadari oleh kemampuan pribadi yang mampu mendoring atau mengajak kepad aorang lain dalam melakukan sesuatu berdasarkan atas penerimaan oleh kelompoknya dan mempunyai keahlian yang khusus secara tepat bagi situasi yang khusus.

Sekarang kita sudah mengetahui beberapa pengertian kepemimpinan menurut pandangan para ahli.

Kebanyakan pengertian kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang disengajai untuk dijalankan oleh seseorang terhadap organisasi atau kelompok. Berbagai pengertian kepemimpinan yang sudah ditawarkan tapi kelihatannya tidak berisi hal-hal selain itu. Pengertian tersebut berbeda dalam berbagai aspek, termasuk didalamnya siapa yang menggunakan pengaruh, sasaran yang ingin diperoleh dari pengaruh tersebut, cara bagaimana pengaruh tersebut digunakan, serta hasil dari uasaha menggunakan pengaruh tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut bukan hanya merupakan sebuah hal akademis yang dicari-cari. Ia mencerminkan adanya ketidaksesuaian yang mendalam mengenai identifikasi dari para pemimpin serta proses kepemimpinan. Perbedaan-perbedaan didalam pemilihan fenomena untuk melakukan penyelidikan dan kemudian menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam mengeinterpretasikan hasilnya.

Teori-teori kepemimpinan (Leadership theory)

 Teori kepemimpinan yaitu teori genetis dimana menjelaskan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan untuk bisa menjadi pemimpin; dia telah memiliki bakat dan mempunyai pembawaan untuk bisa menjadi pemimpin. Menurut teori kepemimpinan seperti teori genetis ini mengasumsikan bahwa tidak setiap orang dapat menjadi pemimpin, hanya beberapa orang yang memiliki pembawaan dan bakat saja yang dapat menjadi pemimpin. Hal tersebut memunculkan “Pemimpin tidak hanya sekedar dibentuk tapi dilahirkan”.

Teori kepemimpinan yang kedua yaitu teori sosial yang menyatakan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena lingkungannya yang mendukung, keadaan dan waktu memungkinkan ia bisa menjadi pemimpin. Setiap orang dapat memimpin asal diberikan kesempatan dan diberikan pembinaan untuk dapat menjadi pemimpin meskipun ia tidak memiliki pembawaan atau bakat. Adapun istilah dari teori kepemimpinan sosial ini yaitu Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan.
Teori kepemimpinan yang ketiga yaitu teori ekologis, dalam teori kepemimpinan ekologis ini menyatakan bahwa gabungan dari teori genetis dan sosial, dimana seseorang akan menjadi pemimpin membutuhkan bakat dan bakat tersebut mesti selalu dibina agar berkembang. Kemungkinan untuk bisa mengembangkan bakat tersebut itu tergantung dari lingkungannya.

Teori kepemimpinan yang keempat yaitu teori situasi, dalam teori kepemimpinan situasi ini menyatkaan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin ketika berada dalam situasi tertentu karena dia memiliki kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan dalam situasi tersebut. Akan tetapi pada situasi yang lainnya, kelebihannya tersebut tidak dibutuhkan, akhirnya ia tidak akan menjadi pemimpin lagi, bahkan bisa jadi menjadi pengikut saja.

Oleh karena itu, jika seorang ingin menjadi pemimpin dan ingin meningkatkan kecakapannya dan kemampuannya dalam memimpin maka dibutuhkan untuk bisa mengetahui segala ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Adapun para ahli dalam bidang kepemimpinan sudah meneliti dan mengembangkan beberapa gaya kepemimpinan yang berbeda dimana sesuai dengan adanya evolusi dari teori kepemimpinan. Untuk ruang lingkupnya, gaya kepemimpinan terbagi atas tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat kepribadian pemimpin, dan pendekatan perilaku pemimpin dan pendekatan situasional atau kontingensi.

Ada beberapa Tipe dan Gaya kepemimpinan sebagai berikut :
Pemimpin itu memiliki sifat, kebiasaan dan watak serta kepribadian yang khas. Dari tingkah laku dan gayanya lah yang dapat membedakan dirinya dibanding orang lain. Gaya tentunya akan selalu dapat mewarnai perilaku dan tipe seseorang dalam pemimpin atau gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan

Selanjutnya adalah jenis-jenis gaya-gaya kepemimpinan yaitu:

Gaya kepemimpinan otokratis

Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya otokratis ini ditandai dengan adanya petunjuk yang sangat banyak sekali yang berasal dari pemimpin dan tidak ada satupun peran para anak buah dalam merencanakan dan sekaligus mengambil suatu keputusan. Gaya kepemimpinan otokratis ini akan menentukan sendiri keputusan, peran, bagaimana, kapan dan bilamana secara sepihak. Yang pasti tugas yang diperintahkan mesti dilaksanakan. Paling sangat menonjol dalam gaya kepemimpinan otokratis ini adalah seseorang akan memberikan perintah dan mesti dipatuhi. Ia akan memerintah berdasarkan dari kemampuannya untuk menjatuhkan hukuman serta memberikan hadiah. Gaya kepemimpinan otokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruhi orang lain yang ada disekitar agar mau bersedia berkerjasama dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan ditempuh atas segala cara kegiatan yang akan dijalankan atas dasar putusan dari pemimpin.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang mutlak itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu dibuat oleh pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin, komunikasi hanya berlangsung dalam satu arah dimana dari pimpinan ke bawahan bukan sebaliknya, pengawsan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) dari para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada kesempatan untuk para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau pertimbangan), lebih banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian, menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna dari para bawahan tanpa adanya syarat, dan cenderung memberikan paksaan, hukuman dan anacaman.

Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.

Gaya tersebut terkadan gidsebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan saling menghormati.

Gaya kepemimpinan delegatif

Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas dari perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi adanya karakter pribadinya. Kepemimpinan delegatif merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya yang mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara waktu tak bisa dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab. Gaya kepemimpinan delegatif ini sangat cocok dilakukan kalau staff yang dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan kemampuan yang tinggi. Dengan demikian pimpinan tak terlalu banyak dalam memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan pemimpin akan lebih banyak dalam memberikan dukungan untuk bawahannya.

Gaya kepemimpinan birokratis.

Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan “Memimpin berdasarkan adanya peraturan”. Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala kegiatan mesti terpusat pada pemimpin dan sedikit saja diberikan kebebasan kepada orang lain dalam berkreasi dan bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan yang sudah berlaku. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa melaksanakannya; Pemimpin akan menentukan semua standar tentang bagaimana bawahan akan melakukan tugas; Adanya sanksi yang sangat jelas kalau seorang bawahan tidak bisa menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditentukan.

Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi.

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah Bawahan akan diberikan kelonggaran atau fleksibelitas dalam menjalankan tugas-tugasnya, tetapi dengan hati-hati diberikan batasan serta berbagai macam prosedur; Bawahan yang sudah berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugasnya akan diberikan hadiah atau penghargaan, di samping adanya suatu sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan; Hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam suasana yang sangat baik secara umum manajer akan bertindak cukup baik; Manajer akan menyampaikan berbagai macam peraturan yang berhubungan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan akan diberikan kebebasan dalam memberikan pendapatannya.

Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar melaksanakan tugas yang sudah diberikan.

Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah menjadi suatu mesin yang hanya sekedar digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tidak pernah sekalipun diperhatikan.

Gaya Kepemimpinan Karismatis

Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik orang. Mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan adanya tantangan.

Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model ini dapat di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya. Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada mereka. Setelah beberapa lama kemudian, orang – orang yang datang tersebut akan kecewa karena adanya ketidak-konsisten-an. Apa yang telah diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta dalam pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

Gaya Kepemimpinan Diplomatis

Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan mengguanakan kepribadian putih ini yang hanya bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang dapat menguntungkan dirinya, dan juga dapat menguntungkan lawannya.

Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan. Namun kesabarannya ini dapat sangat keterlaluan. Mereka dapat menerima perlakuan yang takmenyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya akan meninggalkan si pemimpin.

Gaya Kepemiminan Moralis

Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Orang – orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.

Gaya Kepemimpinan Administratif

Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.

Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).

Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,  biasanya untuk pembuatan keputusan didasarkan pada suatu proses analisis,  terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan. Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

Gaya kemimpinan   asertif (Assertive).

Gaya kepemimpinan ini bersifat lebih agresif dan memiliki perhatian yang sangat begitu besar pada suatu pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka didalam konflik dan kritik. Setiap Pengambilan keputusan muncul dari suatu proses argumentasi dengan adanya beberapa sudut pandang sehingga muncullah kesimpulan yang memuaskan.

Gaya kepemimpinan entrepreneur.

Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan standar yang tinggi.

Gaya Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner, merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk bisa memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkandengan visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner akan memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya mesti mempunya empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:

  1. Seorang pemimpin visionermesti mempunayi kemampuan untuk bisa berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”  ; 
  2. Seorang pemimpin visioner mesti dapat memahami lingkungan luar dan dapat memiliki kemampuan dalam bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang yang datang. Ini termasuk, yang paling penting, dapat “relate skillfully” dengan orang-orang kunci yang ada di luar organisasi, namun memainkan peran yang sangat penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan). ;
  3. Seorang pemimpin mesti bisa memegang peran penting didalam membentuk dan dapat mempengaruhi segala praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini mesti dapat terlibat di dalam organisasi untuk bisa menghasilkan dan dapat mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). ;
  4. Seorang pemimpin visioner mesti bisa mempunyai atau mengembangkan “ceruk” untuk bisa mengantisipasi apa yang terjadi di masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah suatu bentuk imajinatif, yang mengacu atas kemampuan data untuk dapat mengakses segala kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan dalam mengatur sumber daya organisasi guna dapat memperiapkan diri menghadapi adanya kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.


Dalam era turbulensi lingkungan seperti saat ini, setiap pemimpin mesti siap dan dituntut mampu dalam melakukan suatu transformasi terlepas dari gaya kepemimpinan apa yang mereka anut.  Pemimpin mesti mampu dalam mengelola perubahan, termasuk di dalamnya dapat mengubah budaya organisasi yang tak lagi kondusif dan produktif. Pemimpin mesti memiliki visi yang tajam, pandai mengelola keragaman  dan dapat mendorong  terus suatu proses pembelajaran   karena adanya dinamika suatu perubahan lingkungan serta adanya persaingan yang semakin ketat.

Gaya Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional ialah “a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para pengikutnya.

Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Kepemimpinan yang efektif ialah bergantung dari relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan yang sangat tepat.

Efektivitas kepemimpinan bukan hanya pada soal pengaruh terhadap individu dan kelompok akan tetapi bergantung juga terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi pendekatan pada kepemimpinan situasional itu mesti fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.

Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia mesti  mampu dalam menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang selalu berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada dua konsep yang fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

Kepemimpinan Militeristik

Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik yaitu: (1) lebih banyak dalam menggunakan sistem perintah atau komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku dan seringkali untuk kurang bijaksana, (2) menghendaki adanya kepatuhan yang mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi suatu formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang terlalu berlebihan, (4) menuntut adanya sebuah disiplin yang keras dan kaku dari para bawahannya, (5) tidak menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya dapat berlangsung searah.

Pemimpin adalah ciptaan pertama yang menentukan sukses dan gagalnya organisai, Menurut Steven R. Covey. Dengan demikian pemimpin adalah kunci sukses organisasi. Kepemimpinan menelaah tentang seorang pemimpin yang efektif dan apa yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin sangat berfariasi dan sangat banyak. Kita mengambil definisi yang diberikan oleh Abraham Zaleznik dan John Kotter.


Abraham Zaleznik, dari Sekolah Bisnis Havard, berpendapat bahwa pemimpin dan manajer sangat berbeda. Mereka berbeda dalam motif, sejarah pribadi, cara berfikir dan bertindak. Manajer cenderung mengambil sikap impersonal, tidak pasif terhadap tujuan, sedangkan pemimpin mengambil sikap pribadi dan aktif pada tujuan. Manajer memandang kerja sebagai suatu proses yang memungkinkan, mencangkup suatu kombinasi dari orang dan gagasan yang berinteraksi untuk menetapkan strategi dan mengambil keputusan. Pemimpin bekerja dari posisi berisiko paling tinggi. Mereka sering secara tempramental inginmencari resiko dan bahaya, teristimewa bila peluang dan imbalan tampak tinggi. Manajer lebih suka bekerja dengan orang. Mereka menghindari aktivitas sendirian karena aktifitas itu membuat mereka cemas. Mereka berhubungan dengan orang menurut peran yang mereka mainkan dalam suatu urutan peristiwa atau dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin yang memperhatikan gagasan, berhubungan dengan orang-orang dengan cara yang lebih ituitif dan empatik.

John Kotter berargumen bahwa kepemimpinan berbeda dengan manajemen. Manajemen menyangkut masalah kerumitan, menghasilkan tata tertib dan konsistesi dengan menyusun rencana – rencana formal, mmerancang organisasi secara ketat dan memantau hasilnya lewat pembandingan dengan rencana. Kepemimpinan sebaliknya, menyangkut hal mengatasi perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan, mampu menyinergikan orang-orang dengan mengomunikasikan dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan.

Pemimpin terbaik mempunyai kemampuan berfikir integratif, berani mengambil resiko dan bahaya, menghargai gagasan, berkomunikasi dan hubungan dengan orang-orang dengan lebih intuitif, dan empatik, mamp mengatasi perubahan, menetepkan arah dengan mengembangkan visi terhadap masa depan, mampu menyinergikan orang-orang dengan mengkomunikasikan dan mengilhani mereka untuk mengatasi rintangan.

sumber ; https://www.gomarketingstrategic.com/
ARTIKEL TERKAIT :

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel